Nasional, Jakarta - Pemerintah Indonesia bersama sejumlah lembaga kemanusiaan akan mendirikan rumah sakit untuk pengungsi Rohingya di Rakhine, Myanmar. Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir mengatakan Indonesia memilih melakukan pendekatan inklusif dan komprehensif untuk konflik di Rakhine.

"Semua harus dilibatkan. Baik pemerintah, bidang kemanusiaan, dan masyarakat Myanmar," kata Fachir di Komplek Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat 17 Maret 2017. Langkah membangun rumah sakit sebetulnya sudah dilakukan Indonesia sebagai program lanjutan bantuan bagi pengungsi Rohingya.

Baca:
Bangladesh Sensus Pengungsi Rohingya untuk Direlokasi
Politisi India Gencar Kampanye Usir Pengungsi Rohingya

Sebelumnya, pada 2014 pemerintah Indonesia bersama lembaga kemanusiaan sudah mendirikan empat sekolah. Saat ini, Indonesia akan membangun rumah sakit di dua daerah. "Ada sekitar dua ribu orang akan dilayani, baik dari pihak Muslim dan Buddha."

Hasil dari pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla diupayakan pembangunan rumah sakit segera dilakukan. "Nilainya Rp30 miliar (untuk rumah sakit)."

Baca juga:
Sidang E-KTP, Gamawan Fauzi Akui Terima Rp 1,5 Miliar, Namun...
Eks Sekjen Kemendagri, 1 dari 14 yang Kembalikan Duit E-KTP

Selain rumah sakit, ada tiga hal lainnya yang menjadi perhatian pemerintah, yaitu sektor ekonomi, pendidikan, dan manajemen bencana. Tiga sektor itu diperlukan karena akan menampung kepentingan dasar dua belah pihak berkonflik. Setelah memberikan bantuan, pemerintah Indonesia mulai terlibat dalam pembangunan komunitas.

Dananya berasal dari masyarakat dan lembaga kemanusiaan di Indonesia. Sejumlah lembaga yang terlibat diantaranya ialah Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Rumah Zakat, PKPU, Palang Merah Indonesia, dan MER-C. "Masyarakat lain ingin bergabung silahkan saja," kata Fachri.

ADITYA BUDIMAN